BLORA, NARASIRAKYATNEWS.COM – Upaya pengembangan sektor industri di Blora masih terhambat. Salah satu penyebab di antaranya, lantaran kesulitan akses air. Sehingga sektor industri masih stagnan.
Padahal Blora memiliki potensi besar dalam sektor pertanian. Artinya, industri berbasis pertanian yang diharapkan bisa berkembang dan meningkatkan taraf hidup masyarakat Blora tak kunjung terealisasi.
Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Blora, A Mahbub Djunaidi, mengatakan kekeringan di Blora menjadi tantangan tersendiri, terutama saat ingin mengembangkan sektor industri di Blora.
“Di Blora ini kelemahannya itu terkait kecukupan air,” katanya.
Padahal sebagaimana diketahui, air menjadi salah satu kebutuhan mendasar dalam sektor industri. Sesuatu yang tak bisa ditawar.
Mahbub pun mencontohkan, bahwa data menunjukkan jika setiap tahun ada ratusan desa di Kabupaten Blora yang alami kekeringan.
“Blora merupakan daerah yang sering kekeringan. Kita tahu sendiri kan tiap tahun jumlah desa kekeringan di Blora sekali naik,” tuturnya.
Mahbub mengatakan untuk mengatasi permasalahan kekeringan tersebut, saat ini Pemkab Blora tengah bekerjasama dengan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang.
Lewat skema kerjasama itu, sedang digagas upaya untuk memanfaatkan air dari Bengawan Solo. Yakni dengan menarik air-air tersebut ke daerah-daerah rawan kekeringan.
“Doanya saja semoga uji coba itu berhasil, agar di Blora ini tidak kekurangan air,” paparnya.